Friday, November 20, 2009

DUNIA PENGKRITIKAN


Kebanyakan orang itu tidak bisa memahami kekurangan apa yang mereka punya, namun mereka cepat sekali tanggap dengan kelemahan yang disiratkan oleh orang-orang di dekatnya. Dan kebanyakan orang pun seolah-olah berlomba untuk mempublikasikan kelebihan yang ada di dalam dirinya yang bahkan membuat kelemahannya semakin mudah terbaca oleh orang lain. Bukankah itu egois ?
Tuhan menciptakan umat-Nya dengan berbagai ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tuhan memaksudkan agar ada rasa saling menghargai satu sama lain. Namun banyak di antara kita yang masih tidak terima dengan kelebihan yang dimiliki orang lain, benci dengan kelemahan orang lain, dan membangga-banggakan kelebihan yang kita miliki yang belum tentu membanggakan bagi orang lain.
Kita berani mengeluarkan kritik pedas dan panjang atas kelemahan orang lain padahal kita sendiri tidak mampu mengintropeksi kesalahan kita sendiri. Bahkan kita tidak menyadari bahwa kritikan yang kita keluarkan itu menyakitkan perasaan dan hanya dianggap angin lewat. Belum tentu juga, kita akan menerima begitu saja kritikan orang lain atas apa yang kita miliki.
Menurut saya, kritikan adalah cerminan bagi diri kita sendiri. Pada suatu saat kita akan melakukan hal yang sama dengan kesalahan oang lain yang telah kita kritik. Dan pada akhirnya kita juga akan mendapat kritikan tentang sesuatu yang kita lakukan. Bahkan kritikan itu akan menjatuhkan kita dan membuat kita malu. Dan itu hal mutlak yang akan terjadi pada setiap orang yang suka mengkritik dibalik ketidak pahamannya atas kelemahannya sendiri.

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan tatkala kita ingin mengarahkan seseorang tanpa harus mengkritiknya dan dengan mudah diterima olehnya. Kita harus bisa memahami bahwa setiap pemikiran orang tidak selalu sama. Jadi kita pun tidak perlu memaksa orang lain agar mau berfikir sejalan dengan apa yang kita utarakan. Kita cukup memberikannya suatu pandangan positif yang membuatnya terbuka dengan pendapat kita. Kita juga harus mampu untuk memasukkan diri kita pada permasalahan yang ia ceritakan pada kita. Jadi ia tidak akan merasa dihakimi secara sepihak.
Berusahalah untuk tidak mengukur seseorang dengan ukuran yang kita miliki. Mengertilah bahwa orang lain tidak mungkin bisa benar-benar menjadi seperti yang kita mau. Tidak salahnya jika kita meyakinkan diri bahwa “aku adalah aku, kamu adalah kamu, dan dia adalah dia. Aku tidak mungkin bisa menjadi kamu, menjadi dia, dan dia juga tidak mungkin bisa menjadi kamu”. Dan ingatkan diri kita bahwa penggaris yang kita miliki tidak seukuran dengan milik orang lain.

0 komentar:

Post a Comment