Thursday, February 24, 2011

WANITA DI SUBUH HARI

Adzan subuh menggema di seisi langit

Mengingatkan kebaikan dan kemuliaan

Bagi jiwa-jiwa yang tertidur dalam buaian



Wanita itu…

Bangun dari sepanjang buaian malamnya

Menata langkah pasti untuk menerima tawaran itu

Disucikannya tubuhnya dengan pancuran air wudhu

Lalu dikenakannya gaun suci nan indahnya



Di tengah-tengah para pekerudung

Ia menengadahkan tangannya yang bingung

Menutup matanya yang tak mengantuk

Membatin seluruh harapan indahnya dengan khusuk



Wanita itu…

Ikhlas berdzikir dan memuji sang gusti

Mengagungkan dan memuliakannya sepenuh hati



Wanita itu…

Resah di tengah-tengah tasbihnya

Bimbang di antara takbir-takbirnya



Di mana keyakinannya lima belas menit menit lalu

Setetes air mulai membatalkan wudhunya

Apa yang ada di fikirannya



Wanita itu…

Resah…

Sembab…

Terisak…



Wanita itu…

Bimbang…

Tak tenang…

Terambang…



Terus seperti itu

Sepanjang subuh menyeru

WANITA BERHIJAB

Berjalan menunduk menyembunyikan busungan

Menyiratkan sejuta keanggunan yang sarat kesalihan

Dengan hijab suci membungkus auratnya

Ia teguh menatap masa depan dengan keikhlasan



Ia bersabar

Ketika kerikil kecil mengganggu perjalanannya

Ia memungutnya dengan senyum tersungging

Menatapnya penuh kasih

Dan berkata, “Terima kasih, Ya Allah!“



Melangkah ia ke sebuah gubuk kecil

Ia menyebut gubuk itu isatana termegah sejagat

Sesekali ia tampak menghela nafas lega

Dan bergeming, “Ya Allah, aku masih bisa datang!”



Ia bersimpuh menengadahkan kedua tangannya

Menghadap kiblat yang tentu

Entah sadar atau tidak

Air matanya menetes bagaikan butiran berlian

Ia menangis



Ia menatap langit-langit gubuk seraya terisak

Tapi tak sedikitpun kata tergeming dari bibirnya

Kali ini ia bersujud menenggelamkan hatinya

Ia berbisik, “Ini bukan doa! Aku memerintah-Mu ya Allah!“



Apa yang ia harapkan

Tak cukupkah senyum yang selama ini ia sunggingkan

Tak cukupkah keikhlasan yang ia miliki

Apa yang ia belum miliki



Di gubuk itu ia berteriak, “Jangan buat aku melupakan-Mu!”

Teriakan itu melengking dalam menusuk telinga

Ia lebih terisak dan merana

Kali ini ia berbisik, “Aku tidak boleh jatuh cinta.”