Berjalan menunduk menyembunyikan busungan
Menyiratkan sejuta keanggunan yang sarat kesalihan
Dengan hijab suci membungkus auratnya
Ia teguh menatap masa depan dengan keikhlasan
Ia bersabar
Ketika kerikil kecil mengganggu perjalanannya
Ia memungutnya dengan senyum tersungging
Menatapnya penuh kasih
Dan berkata, “Terima kasih, Ya Allah!“
Melangkah ia ke sebuah gubuk kecil
Ia menyebut gubuk itu isatana termegah sejagat
Sesekali ia tampak menghela nafas lega
Dan bergeming, “Ya Allah, aku masih bisa datang!”
Ia bersimpuh menengadahkan kedua tangannya
Menghadap kiblat yang tentu
Entah sadar atau tidak
Air matanya menetes bagaikan butiran berlian
Ia menangis
Ia menatap langit-langit gubuk seraya terisak
Tapi tak sedikitpun kata tergeming dari bibirnya
Kali ini ia bersujud menenggelamkan hatinya
Ia berbisik, “Ini bukan doa! Aku memerintah-Mu ya Allah!“
Apa yang ia harapkan
Tak cukupkah senyum yang selama ini ia sunggingkan
Tak cukupkah keikhlasan yang ia miliki
Apa yang ia belum miliki
Di gubuk itu ia berteriak, “Jangan buat aku melupakan-Mu!”
Teriakan itu melengking dalam menusuk telinga
Ia lebih terisak dan merana
Kali ini ia berbisik, “Aku tidak boleh jatuh cinta.”
Menyiratkan sejuta keanggunan yang sarat kesalihan
Dengan hijab suci membungkus auratnya
Ia teguh menatap masa depan dengan keikhlasan
Ia bersabar
Ketika kerikil kecil mengganggu perjalanannya
Ia memungutnya dengan senyum tersungging
Menatapnya penuh kasih
Dan berkata, “Terima kasih, Ya Allah!“
Melangkah ia ke sebuah gubuk kecil
Ia menyebut gubuk itu isatana termegah sejagat
Sesekali ia tampak menghela nafas lega
Dan bergeming, “Ya Allah, aku masih bisa datang!”
Ia bersimpuh menengadahkan kedua tangannya
Menghadap kiblat yang tentu
Entah sadar atau tidak
Air matanya menetes bagaikan butiran berlian
Ia menangis
Ia menatap langit-langit gubuk seraya terisak
Tapi tak sedikitpun kata tergeming dari bibirnya
Kali ini ia bersujud menenggelamkan hatinya
Ia berbisik, “Ini bukan doa! Aku memerintah-Mu ya Allah!“
Apa yang ia harapkan
Tak cukupkah senyum yang selama ini ia sunggingkan
Tak cukupkah keikhlasan yang ia miliki
Apa yang ia belum miliki
Di gubuk itu ia berteriak, “Jangan buat aku melupakan-Mu!”
Teriakan itu melengking dalam menusuk telinga
Ia lebih terisak dan merana
Kali ini ia berbisik, “Aku tidak boleh jatuh cinta.”
0 komentar:
Post a Comment