Friday, February 12, 2010

APA YANG TERJADI DENGAN LAUT KITA ?

Laut adalah perairan asin yang sangat luas yang menutupi permukaan tanah dan membagi daratan atas benua atau pulau. Indonesia memiliki batas laut teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar laut. Laut memiliki peran sebagai tempat muara bagi perairan-perairan kecil, contohnya sungai. Seperti apakah proses yang dialami oleh laut untuk kelangsungan hidup ekosistem di dalamnya ?
Seperti halnya makhluk hidup, laut juga mengalami penguapan. Titik-titik air yang menguap itu akan terbawa angin dan menjadi gumpalan awan lalu turun kembali seperti yang selalu kita sebut hujan. Hujan tersebut tentunya akan terbawa oleh arus sungai dan pada akhirnya akan kembali lagi ke tempat asalnya, yaitu laut. Dan proses seperti itu akan berlangsung secara terus menerus. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah air hujan yang telah dibawa oleh sungai itu akan kembali ke laut dalam keadaan seperti sebelum terjadi penguapan ?
Agaknya pertanyaan itu perlu kita ajukan kepada diri kita masing-masing. Dengan sangat kita sadari, kita sebagai manusia membuang limbah-limbah kita ke sungai. Dan dengan sangat kita sadari, kita meninggalkan jejak di laut dengan perbuatan kita tersebut. Mungkin dalam hati kita berpikir kalau sampah dengan sendirinya akan tenggelam di dasar laut dan tidak akan terlihat sedikitpun jejak yang kita tinggalkan. Padahal tidak semudah itu. Pernahkah terlintas di pikiran kita, apa dampak yang akan kita timbulkan ? Di bumi memiliki dua kehidupan. Kehidupan laut dan kehidupan darat. Menilik dua pernyataan tersebut, bagaimana jika hanya ada satu kehidupan di bumi ini ? sanggupkah kita membuat insang seperti halnya makhluk laut untuk bertahan hidup di air, bahkan air yang asin ?
Air sungai sering kali kembali ke laut dalam keadaan yang tidak alami. Sangat kita ketahui, sungai memiliki banyak fungsi bagi manusia. seperti mandi, buang air, mencuci pakaian, bahkan memandikan hewan. Dan secara tidak langsung banyak bakteri dan virus yang tertinggal dan bisa jadi membahayakan keselamatan ekosistem laut. Siapa yang tahu bakteri dan virus tersebut merupakan kumpulan dari racun yang mematikan ? dan makhluk laut tidak mungkin sepintar manusia untuk membedakan antara bakteri dan virus yang menguntungkan dengan bakteri dan virus yang merugikan.
Selain membawa berbagai macam bakteri dan virus yang menyatu di dalamnya, air sungai juga tidak jarang mengikutsertakan sampah-sampah kotor yang secara tidak langsung akan bermuara di laut. Bahkan tidak kurang dari 90 % sampah itu berupa plastik, sampah yang membutuhkan ratusan tahun untuk hancur secara alami. Bukan waktu yang sebentar. Dapat diperkirakan setiap 2,6 KM2 terdapat 46.000 sampah plastik dengan berbagai jenis mengapung di lautan dan sebagian sudah tenggelam di dasar laut. Dapat diambil kesimpulan bahwa itu akan sangat mengancam kehidupan satwa laut. Di tanah daratan saja plastik akan sulit hancur, apalagi di tanah lautan yang basah ?
Tidak hanya sampah-sampah plastik yang banyak ditemukan di laut, banyak para nelayan yang meninggalkan jalanya begitu saja selepas mencari ikan. Mungkin kita menganggap bahwa jala tidak akan berdampak buruk jika dibuang di laut, akan tetapi tidak jauh berbeda dari sampah plastik, jala juga sangat membahayakan kelangsungan hidup satwa-satwa laut. Seharusnya kita sebagai manusia tahu, bahwa kelangsungan hidup satwa-satwa laut secara tidak langsung memerlukan campur tangan dari kita.
Dampak buruk yang ditimbulkan oleh kesalahan kita sendiri tersebut tidaklah sedikit. Banyak penyu ataupun ikan yang punah karena salah mengira bahwa sampah-sampah plastik adalah makanan mereka. Tidak hanya sampai di situ, satwa laut tidak jarang juga terjerat di dalam jala yang ditinggalkan oleh para para nelayan, dan akibatnya sistem pergerakan satwa-satwa laut tersebut terganggu. Tidak hanya penyu ataupun ikan saja yang akan terkena imbasnya, sampah juga sepertinya berakibat buruk bagi kelangsungan hidup terumbu karang. Dan siapa yang berani mengatakan bahwa satwa-satwa laut tidak akan terancam punah ? Mungkin dampak itu tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat. Dan dalam waktu yang tidak singkat itu, lambat laun satwa-satwa laut akan menjadi punah secara mayoritas karena diakibatkan oleh sampah yang kita tinggalkan.
Sementara itu, laut merupakan salah satu tempat favorit untuk dijadikan sebagai kunjungan wisata karena keindahan pantai dan sunsetnya. Saat-saat sore adalah saat yang paling tepat untuk kita para wisatawan berjalan kaki menyusuri tepi pantai. Tapi bagaimana jika di tengah jalan kita menemukan kerumunan lalat beterbangan mengitari sampah kotor yang berserakan ? dan kalau sudah demikian, kita pun pasti enggan untuk duduk bersantai mengingat tumpukan sampah yang tidak sengaja kita lihat.
Lalu bagaimana jika sampah-sampah yang berupa pecahan kaca dan potongan besi melukai kaki kita terutama anak-anak yang masih di bawah pengawasan kita saat sedang asyik berenang di pantai ? itu akan menyebabkan infeksi pada kulit kita. Tidak hanya itu, kita tahu laut yang sudah tercemar banyak mengandung bakteri dan virus. Bakteri dan virus tersebut dapat menyebarkan penyakit ke tubuh kita seperti diare, infeksi hidung, kulit dan mata.
Bukan itu saja, laut merupakan satu-satunya tempat yang sangat tepat bagi mereka yang menggemari olah raga selancar. Akan tetapi apakah mungkin mereka akan betah dan enjoy jika sewaktu-waktu ada sampah yang terbawa ombak menjatuhi mereka ketika sedang asyik berselancar ? dan itu sungguh bukan hal yang mustahil terjadi.
Selain olah raga selancar, snorkeling dan menyelam merupakan petualangan yang sangat menantang dan menyenangkan sekaligus petualangan yang tepat untuk menikmati keindahan alam bawah laut. Tapi alam bawah laut itu akan tergantikan keindahannya dengan sampah-sampah yang mengapung dan menutupi terumbu karang. Sungguh sangat disayangkan. Pastilah kita sebagai pecinta alam akan sangat merasa dirugikan.
Bagaimana dengan bahaya samapah laut bagi tubuh kita ? mungkin kita berfikir, bagaimana bisa samapah laut membahayakan tubuh kita. Memang bahaya itu tidak serta merta menyerang tubuh kita, akan tetapi melalui tahap secara tidak langsung. Sampah plastik di laut merupakan kumpulan zat kimia dan toksik. Dan ketika para satwa laut seperti ikan, memakan sampah plastik tersebut, zat kimia dan toksik akan berpindah ke tubuh ikan. Agaknya kita sudah bisa membayangkan apa dampaknya ketika kita memakan ikan tersebut.
Jangan lupa bahwa laut juga merupakan salah satu jalur transpotasi. Kendaraan besar yang sering kita dengar adalah kapal feri. Kendaraan yang menyediakan jasa transportasi antar pulau. Lalu apa hubungan sampah dengan kapal feri ? jangan salah, sampah juga membahayakan bagi para penumpang kapal. Karena sampah-sampah yang tersangkut pada bolang-baling kapal, tidak hanya akan mengganggu jalannya kapal tetpi juga akan merusak keseimbangan kapal.
Tidak menutup kemungkinan, volume sampah yang menumpuk di laut akan lebih besar dibandingkan dengan volume air laut. Tidakkah kita pernah membayangkan lautan akan berbaur dengan daratan yang secara teknis lebih luas dibandingkan dengan laut?
Sepertinya pemerintah perlu tanggap dalam menghadapi masalah alam yang demikian telah kita bahas. Dan semestinya pemerintah juga harus bisa berusaha bagaimana menghimbau masyarakatnya untuk berbaur menjaga kelestarian laut yang sudah sejak berjuta-juta tahun yang lalu menjadi penghidupan masyarakat di Indonesia. Sepertinya bukan hal yang sulit untuk membuat UU tentang pelestarian laut serta sanksi bagi mereka yang sengaja mengotori laut. Di samping itu, seharusnya bukan masalah bagi pemerintah untuk menyiapkan penjagaan ketat di laut untuk memastikan bahwa tidak ada satupun dari kita yang sengaja melanggar UU tersebut.
Juga bagi mereka para nelayan, harusnya mereka dapat menjaga dan melestarikan laut yang mana laut merupakan sarana mata pencahariannya. Dengan tidak membuang jala bekas di laut, setidaknya itu sudah sangat membantu untuk melindungi ekosistem laut.
Selain peran pencegahan seperti himbauan pemerintah dan larangan membuang jala di laut, apa inovasi baru yang sekiranya dapat mengantisipasi agar sampah laut tidak semakin bertambah? agaknya pertanyaan yang satu ini perlu dipikirkan masak-masak sebelum kita berani menjawab. Meskipun bukan merupakan hal yang mudah untuk membersihkan sampah, apalagi sampah yang hanyut di dalam lautan luas, akan tetapi pemikiran kita untuk menciptakan inovasi baru sepertinya merupakan sebuah toleransi terbaik.
Mungkin sudah sering terlintas dalam bayangan pemikiran kita bagaimana kita dapat menanggulangi bakteri dan toksik yang membahayakan ekosistem laut dengan menggunakan zat antibakteri dan antitoksik. Jika zat berbahaya yang ditimbulkan oleh sampah dapat kita kurangi, mungkin kita juga bisa membuat inovasi bagaimana cara mengurangi sampah di laut, terutama sampah plastik.
Sebagian besar dari kita pasti sudah mengetahui bahwa plastik akan hancur ketika mendapatkan radiasi dari sinar matahari. Mungkin hal tersebut bisa kita aplikasikan ke dalam satu bentuk penemuan teknologi baru di mana kita akan memanfaatkan sinar matahari, dengan cara kerja radiasi yang sangat sederhana namun dapat menyerap sinar matahari lebih maksimal dan setidaknya dapat mengurangi volume sampah plastik di laut kita tanpa mengganggu ekosistem laut. Meskipun keberhasilan yang akan dicapai hanya mendekati 5%, tidak ada salahnya untuk dipraktekkan.
Laut adalah salah satu peninggalan nenek moyang kita yang sudah sepatutnya senantiasa kita lestarikan dan kita jaga. Maka sudah selayaknya pula kita berusaha sebisa mungkin bagaimana menyelamatkan laut serta ekosistem di dalamnya yang hidup dan menghidupi kita.

0 komentar:

Post a Comment